Respon Artikel Bloomberg yang Berjudul "Invest in Art or Stocks? Keynes Has an Answer (Well, Sort Of)"

A nice investment. Photographer: John Gress/Corbis News via Getty Image

Karya seni lukisan. Photographer: John Gress/Corbis News via Getty Image


Tampaknya ini menjadi pertanyaan bagi sebagian atau tidak sebagian besar orang apakah pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak tepat untuk diajukan. Mengingat kita semua mungkin tahu bahwa saat ini sedang gencar gencarnya kampanye Yuk Nabung Saham oleh Bursa Efek Indonesia. Tapi apakah ini benar benar asumsi yang tepat untuk mentertawakan karya seni sebagai instrumen investasi? 

Oleh karena itu, penulis berusaha menyampaikan opininya dalam tulisan dan respon penulis mengenai artikel yang dipublikasi di situs Bloomberg yang ditulis oleh Mark Gilbert pada tanggal 6 Februari 2020 yang berjudul Invest in Art or Stocks? Keynes Has an Answer (Well, Sort Of)

Di dalam artikel menceritakan John Maynard Keynes seorang ekonom yang melakukan pembelian kurang lebih 135 karya lukisan dengan total harga £12,847 pada saat itu. Sedangkan jika dikonversikan uang  £12,847 ke nilai hari ini, maka kurang lebih akan senilai £500,000. Di dalam tulisan tersebut disebutkan bahwa kini 135 lukisan tersebut nilai £76.2 juta. Sedangkan apabila uang £12,847 ditaruh di pasar saham UK kurang lebih akan bernilai  £90 juta. Namun sayangnya di tulisan tersebut tidak dijelaskan bagaimana metode perhitungannya. 

Di dalam tulisan disebutkan juga ternyata 10 lukisan termahal yang dikoleksi oleh Keynes kurang lebih mendominasi sebesar 88% dari total nilai 135 lukisan secara keseluruhan. Sedangkan yang lainnya tidak begitu produktif dibandingkan dengan 10 lukisan ini. Dan pada akhir tulisan ini, Mark Gilbert menuliskan bahwa jika Keynes tidak pintar dan hoki, dia tidak akan mendapatkan retur sebanyak ini. Selain itu juga, Mark Gilbert menuliskan pentingnya “dividen emosional”yang berasal dari rasa ingin memiliki karya seni yang kuat ketimbang untuk mencari keuntungan melalui karya seni. 

Secara umum sangat mungkin menjadikan karya seni sebagai instrumen untuk investasi walau di tengah kesulitan menentukan valuasinya. Akan tetapi karena pada umumnya karya seni tidak bisa divaluasi, memang tidaklah bisa untuk diperdagangkan selikuid saham. Bahkan karya seni sering kali hanya bisa diperdagangkan oleh investor individu yang sangat kaya, hedge funds, dan lembaga investasi alternatif lainnya. 

Dalam kasus Keynes sangat mungkin mengingat beliau adalah orang yang cukup berada secara finansial dan juga beliau punya passion di bidang seni sehingga sebenarnya beliau membeli hanya untuk mengkoleksi bukan untuk investasi. Walau sekalipun Keynes punya kemampuan untuk menilai sebuah karya seni dan nyaris memiliki retur yang sama apabila ditaruh di bursa saham UK, bukan berarti investasi seni untuk semua orang. Karena sudah disebutkan sebelumnya bahwa karya seni sangat sulit untuk divaluasi harganya di pasar. Belum lagi resikonya yakni kehilangan nilai dari karya seni dan juga menentukan apakah karya seni tersebut itu autentik atau tidak. Dan ini benar benar memiliki resiko yang sangat tinggi. Sehingga akses untuk berinvestasi di karya seni hanya terbatas untuk kalangan tertentu yang akan siap menerima apabila nilai investasinya jatuh. 

Comments